Jakarta, Panji Umat – Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Muti menyarankan agar Kementerian Agama RI tak lagi menggelar sidang isbat penentuan awal Ramadhan 1445 Hijriyah.
Sebab, menurut Abdul, pemerintah sudah menyepakati kriteria bulan baru Hijriyah bersama Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia dan Singapura (MABIMS) dengan kriteria tinggi posisi bulan 3 derajat di atas ufuk dan sudut elongasi di atas 6,4 derajat.
Sedangkan dari perhitungan astronomi, sudah diprediksi bahwa saat sidang isbat 10 Maret posisi bulan berada di bawah kriteria MABIMS.
“Pemerintah menggunakan kriteria MABIMS dimana salah satu syarat adalah posisi hilal 3 derajat di atas ufuk. Pada saat awal Ramadan (10 Maret), posisi hilal di bawah 1 derajat,” katanya kepada Kompas.com melalui pesan singkat, Jumat (8/3/2024).
Ia juga mengatakan, sidang isbat penentuan hari raya Idul Fitri juga tak diperlukan karena sudah terhitung ketinggian bulan di akhir Ramadhan 1445 H mencapai 6 derajat sehingga memenuhi kriteria MABIMS.
“Pada saat akhir Ramadan posisi jauh di atas 6 derajat,” imbuh Abdul.
Abdul Muti menilai, sidang isbat tak perlu digelar karena pergerakan bulan dan benda langit sudah bisa dihitung secara presisi di masa kini untuk menentukan waktu ibadah puasa Ramadhan dan hari raya Idul Fitri.
Menggelar sidang isbat pada sesuatu yang sudah bisa dihitung sebelumnya kemungkinan bisa membuang anggaran.
“Dengan tidak diadakan isbat, lebih menghemat anggaran negara yang secara keuangan sedang tidak baik-baik saja,” tandasnya.
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sendiri sudah memberikan prediksi perhitungan awal Ramadhan dengan kriteria MABIMS tersebut.
Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Antariksa Thomas Djamaludin mengatakan, kriteria MABIMS menetapkan posisi bulan berada minimal 3 derajat di atas ufuk dengan sudut elongasi 6,4 derajat.
Pada saat 10 Maret 2024, posisi bulan belum mencapai kriteria tersebut sehingga dalam pengamatan mata tidak mungkin akan terlihat.
“Wilayah yang memenuhi wilayah minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat itu di wilayah Amerika, Asia Tenggara belum terpenuhi sehingga hasil Rukyat kemungkinan besar tanggal 10 tidak ada yang berhasil (bulan tidak terllihat),” katanya.
“Sehingga diprakriakan walaupun secara hisab belum bisa dipastikan, itu pada tanggal 10 (Maret waktu) magrib itu tidak ada hilal yang terlihat dan belum memiliki kriteria sehingga awal Ramadhan jatuhnya tanggal 12 (Maret),” sambung dia.
Sedangkan untuk hari raya Idul Fitri kemungkinan akan berlangsung secara bersamaan pada 10 April 2024, karena bulan sudah berada 6 derajat di atas ufuk dengan sudut elongasi 8 derajat melewati kriteria MABIMS.