Bandung, Panjimas — Pada pertengahan tahun 2023, untuk mengatasi keluhan mengenai minimnya ustadz/ustadzah di pesantren-pesantren Muhammadiyah, Lembaga Pengembangan Pesantren (LP2) PP Muhammadiyah bekerja sama dengan LazisMu PP Muhammadiyah meluncurkan program penyaluran beasiswa. Tujuannya menyiapkan 1000 calon ustadz/ustadzah untuk Pesantren Muhammadiyah. Program ini dikenal dengan nama PUPM (Pendidikan Ustadz/ah Pesantren Muhammadiyah).
Tidak butuh waktu lama untuk merealisasikan program tersebut. Pada tahun yang sama, LP2PPM dan LazisMu memulai kolaborasi dengan menetapkan 20 kader PCIM Mesir sebagai penerima beasiswa. Para kader ini merupakan mahasiswa Muhammadiyah yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Al-Azhar Mesir. Setelah melalui proses seleksi ketat, mereka menyatakan kesiapan untuk mengabdi di pesantren Muhammadiyah, baik di almamater mereka maupun di pesantren lainnya yang ditentukan oleh LP2PPM.
Belum genap satu tahun setelah peluncuran program, pada awal tahun 2024, empat orang penerima beasiswa telah berhasil menyelesaikan pendidikan S1 mereka di Al-Azhar dan kembali ke tanah air untuk sepenuhnya mengabdikan diri di Pesantren Muhammadiyah. Keempat penerima beasiswa tersebut adalah Abdul Soleh, Lc yang mengabdi di Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah Nawawi Djamil Duri, Riau; Ahmad Zaky Al-Amien, Lc di Pondok Pesantren Al Hikmah Muhammadiyah Ponorogo; Muhammad Avisena Zainul Bahar di MBS Zam-Zam Cilongok, Banyumas; dan Dimas Achmad Farhan, Lc di MBS Al-Amien Bojonegoro.
Kehadiran mereka tidak hanya membawa nuansa baru keilmuan di Pesantren Muhammadiyah, tetapi juga menghidupkan semangat Persyarikatan, karena mereka juga mendapatkan tugas-tugas dari pimpinan Muhammadiyah setempat. Program beasiswa PUPM ini menjadi bukti nyata dari komitmen Muhammadiyah dalam mengembangkan sumber daya manusia berkualitas di bidang pendidikan Islam.
Kader dari Mesir Terus Bertambah
Sabtu lalu (09/03), Maskuri, selaku Ketua LP2PPM, menegaskan pentingnya dukungan berkelanjutan terhadap program PUPM di Mesir. Maskuri juga menekankan bahwa PUPM tidak hanya berlangsung di Mesir, melainkan juga melalui kerja sama dengan beberapa Perguruan Tinggi Muhammadiyah, termasuk UM Makassar dan sedang dirintis dengan beberapa PTM lainnya seperti UM Purwokerto, UM Malang, UMS, UMY, UMSIDA, UM Surabaya, dan UM Bandung.
Para alumni Al-Azhar yang mendapat binaan dari LP2PPM dan LazisMu telah memberikan kontribusi positif di pesantren-pesantren Muhammadiyah. Hal ini disampaikan dalam rapat koordinasi online pada Sabtu (9/3) lalu oleh para pimpinan pesantren.
Selain itu, pada Selasa (12/3), LP2PPM bersama LazisMu mengadakan pembinaan online kepada para penerima beasiswa yang masih menempuh studi di Al-Azhar. Ketua Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Mesir, Hidanul Achwan, melaporkan bahwa dari 16 penerima beasiswa yang masih menempuh studi, 10 di antaranya berada di semester akhir. Diprediksikan pada akhir September 2024, mereka akan lulus S1 dan mengabdi di pesantren yang telah ditentukan.
Adapun 4 orang lainnya berada di awal semester 6, diperkirakan akan lulus dalam 1,5 tahun dan segera mengabdi di pesantren. Sedangkan 2 orang lainnya saat ini berada di awal semester 4, diproyeksikan lulus pada tahun 2026.
Untuk memastikan perkembangan studi mereka, LP2PPM-LazisMu mengadakan pembinaan secara rutin. Hidan menambahkan bahwa selain wajib lulus S1 tepat waktu, PCIM Mesir juga menetapkan bahwa para penerima beasiswa harus memiliki setidaknya 3 sanad: qira’ah dan tahfidz Al-Quran, ilmu Tajwid (matan Jazariyah), dan sanad keilmuan dari kitab klasik tertentu.
Dengan terus berlanjutnya program ini, diharapkan akan terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas di bidang keilmuan Islam, sejalan dengan visi Pesantren Muhammadiyah dalam mendidik generasi yang unggul dan berkepribadian Islami.
Testimoni Penerima Beasiswa
Muhammad Yusmi Ridho, salah seorang penerima beasiswa asal Bondowoso yang saat ini berada di tingkat akhir Universitas Al-Azhar, mengungkapkan rasa syukurnya atas adanya program beasiswa LazisMu melalui program PUPM.
“Sebelum mendapat beasiswa ini, saya sangat sulit memenuhi kebutuhan pokok saya, apalagi jika harus menambah kursus-kursus keterampilan berbayar atau membeli referensi yang diperlukan. Saat ini, dengan beasiswa LazisMu ini, saya dapat belajar dengan baik, membeli referensi, bahkan mengikuti kursus-kursus tambahan yang saya anggap perlu, meskipun berbayar,” ujar Yusmi, sambil menegaskan niatnya untuk mengabdi di PesantrenMu Bondowoso, Jawa Timur.
Selain itu, para kader juga berharap agar mendapatkan pembinaan di masa mendatang terkait peta pemikiran keagamaan di Muhammadiyah, terutama dengan masih adanya da’i dan aktivis Muhammadiyah yang bernuansa Salafi. “Bagaimana kami menentukan sikap dengan da’i Muhammadiyah seperti itu?” ungkap Fajar Siddiq yang akan mengabdi di Pesantren Darul Arqam Muhammadiyah Garut.
Permintaan ini menunjukkan kebutuhan akan pemahaman yang lebih mendalam terkait identitas keagamaan dan pemikiran di dalam Muhammadiyah, sekaligus menegaskan pentingnya pembinaan yang holistik bagi para penerima beasiswa untuk menjadi ustadz/ustadzah yang berkualitas dan mampu menjawab tantangan zaman dengan bijak.