KhazanahNusantara

Kebutuhan Umat Harus Selalu Kompatibel dengan Gerak Dakwah Muhammadiyah

Jakarta, Panji Umat – Realitas sosial yang terjadi di kelompok Islam Indonesia mutakhir, bahwa umat Islam yang mengikuti Salat Tarawih sebelas rakaat semakin banyak.

Meskipun jumlah rakaat Salat Tarawih di masjid-masjid Muhammadiyah sebelas rakaat, namun seringkali Salat Tarawih yang dilakukan lebih panjang durasinya daripada yang 23 rakaat.

Hal itu disampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir pada Senin (18/3) dalam Pembukaan Pengkajian Ramadan 1445 H di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ).

Oleh karena itu Haedar mengingatkan imam salat di Masjid Muhammadiyah yang memiliki hafalan banyak dan suara merdu supaya juga mengukur kekuatan jemaah yang menjadi makmumnya.

“Tapi ingat jemaah itu beragam, imam jangan hanya berpikir tentang jumlah hafalan Al Qur’an yang ada dalam dirinya,” kata Haedar.

“Dari juz pertama sampai juz terakhir dia bisa baca semalam, tapi jemaah bisa pingsan. Jangan sampai sebelas diperpanjang dua kali lipat dari yang 23. Nanti tidak banyak pengikutnya,” seloroh Haedar.

Kenyataan itu juga terjadi tatkala Muhammadiyah mengawali Ramadan lebih awal, dan Idulfitri lebih awal maka pengikutnya pasti banyak. Sebab ini soal kompatibilitas atas yang dilakukan dan dipikirkan tentang masyarakat.

Oleh karena itu, Haedar juga berpesan supaya Majelis Tabligh Muhammadiyah meniscayakan perubahan pendekatan dan praksis gerakan dakwah. Hematnya, gerakan dakwah harus kompatibel dengan kebutuhan dan kekuatan jemaah.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Back to top button