Jakarta, Panji Umat – Cara mengamalkan Al Quran salah satunya yakni untuk diri sendiri (self reflection). Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti menyebutkan dalam proses self reflection ada dua yang bisa dilakukan yakni menjalankan apa yang dikehendaki oleh Al Quran dan apa yang sudah kita lakukan untuk mengikuti kehendak Al Qur’an.
“Self Reflection ini suatu proses di mana kita melakukan upaya ketika kita membaca Al Quran tidak sekadar mengejar berapa banyak yang kita baca, tetapi seberapa mendalam kita membaca Al Quran,” ujar Mu’ti dalam Kajian Kolak TV Muhammadiyah pada Selasa (2/4).
Karena itu, lanjut Mu’ti, dalam teori psikologi Al Quran harus dibaca dengan pendekatan deep reading tidak bisa dibaca dengan pendekatan skiming atau membaca cepat, karena dengan deep reading kita bisa merefleksikan setiap kata yang kita ucapkan dan kemudian berusaha lewat proses interaksi dan dialog personal untuk mengukur diri.
“Dalam hadis Nabi disebutkan “Ballighu ‘Anni Walaw Ayah”, sampaikanlah apa yang kamu terima dariku walaupun satu ayat,” imbuh Mu’ti.
Selain itu, Mu’ti juga mengungkapkan bahwa Al Quran memerintahkan umat manusia untuk berperilaku jujur.
“Oleh karena itu maka dalam kita mengamalkan Al Quran ini tentu semuanya adalah on going proses, proses yang berjalan terus-menerus,” jelas Mu’ti.
Al Quran tidak hanya dijadikan sebagai petunjuk hidup guidance for living tetapi Al Quran sebagai living guidance, sebagai petunjuk yang senantiasa hidup.
“Kenapa senantiasa hidup? Mengutip istilahnya Muhammad Al-Ghazali seorang intelektual Mesir bahwa dengan kita berdialog dengan Al Qur’an maka tafsir-tafsir Al Quran itu masih terbuka. Implementasi penerapan Al Quran bisa kita lakukan dengan pendekatan-pendekatan yang mutaakhir, pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan kehidupan modern, dan dengan itu maka Al Quran itu menjadi petunjuk yang tidak hanya menunjukkan kepada kita orang-orang yang beriman tetapi juga menjadi petunjuk bagi seluruh umat manusia,” ungkap Mu’ti.