Metro, Panji Umat — Dikenal sebagai organisasi Islam pertama yang mengitegrasikan ilmu agama dengan ilmu umum, Muhammadiyah berkeinginan melahirkan kiai dan ulama yang berkemajuan.
Hal itu disampaikan oleh Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu’ti dalam pembukaan Pendidikan Khusus Kepala Sekolah/Madrasah (Diksuspala) Region 1 di Metro, Lampung pada Kamis-Ahad (25/4).
Pendidikan ala Muhammadiyah, menurut Mu’ti, memiliki semangat kemajuan yang luar biasa. Sebab melampaui zamannya, yaitu dengan penekanan bahwa kiai atau ulama Muhammadiyah diminta bukan hanya belajar disiplin ilmu agama, tapi juga disiplin ilmu-ilmu yang lain.
“(Kata Kiai Dahlan) Jadilah kiai yang berkemajuan, punya visi jauh ke depan. Menguasai berbagai disiplin ilmu di luar disiplin agama. Sekolah Muhammadiyah masa awal melakukan pembaruan dari situ, dengan mengombinasikan ilmu agama dan ilmu umum di sekolah,” lanjut Mu’ti.
Model pembelajaran yang integratif di instutusi pendidikan Muhammadiyah meniscayakan kiai atau ulama Muhammadiyah dapat menjelaskan dalil-dalil dalam Al Qur’an dengan berbagai latar belakang disiplin ilmu, rujukannya tidak sekadar kitab-kitab tafsir kalsik.
“Guru-guru sekolah/madrasah Muhammadiyah harus dapat menjelaskan Al-Quran dari berbagai disiplin ilmu. Bukan hanya menjelaskan Al-Quran berdasarkan tafsir-tafsir klasik,” jelas Mu’ti.
Dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh Majelis Dikdasmen PNF tersebut Abdul Mu’ti meneguhkan, trademark Muhammadiyah sebagai organisasi keagamaan bidang pendidikan. Bahkan sebelum berdirinya Muhammadiyah, Kiai Dahlan sudah mendirikan sekolahan di rumahnya.
“Muhammadiyah itu trademarknya adalah pendidikan. Sebelum Kiai Dahlan mendirikan Muhammadiyah, beliau mengembangkan pendidikan di rumahnya. Itu yang berkembang dari menjadi Qismul Arqa, yang sekarang menjadi Mu’allimin dan Mu’allimaat Muhammadiyah. Pendidikan Muhammadiyah menurut referensi sudah ada sejak 1911,” tutur Mu’ti.