Semarang, Panji Umat – Ketua Pimpinan Pusat (PP) Irwan Akib berharap sekolah Muhammadiyah menyentuh masyarakat kelas menengah dan ke atas.
Harapan tersebut disampaikan Irwan Akib pada Jum’at (31/5) dalam Pembukaan Rakornas Majelis Dikdasmen Pendidikan Non-Formal (PNF) PP Muhammadiyah yang diikuti perwakilan seluruh Indonesia di Semarang.
Segmentasi masyarakat kelas menengah dan atas tidak boleh dilupakan sebagai sasaran dakwah Muhammadiyah, sebab Teologi Al Ma’un selain untuk memberdayakan kaum dhuafa-mustadh’afin, sekaligus tidak anti orang kaya.
Oleh karena itu, Irwan berharap sekolah-sekolah Muhammadiyah diperhatikan dengan serius sehingga menjadi sekolah yang unggul – berkemajuan, serta sesuai dengan kebutuhan umat, bangsa, dan kemanusiaan universal.
“Membangun sekolah unggul-berkemajuan ini memang membutuhkan keseriusan-keseriusan kita, khususnya para pimpinan majelis, lembaga di tingkat wilayah, maupun di tingkat daerah,” pesan Irwan.
Peran pimpinan di tingkat wilayah, daerah, cabang, sampai ranting menurut Irwan jika diibaratkan adalah ujung tombak dari gerakan Persyarikatan Muhammadiyah. Eksistensi sekolah-sekolah Muhammadiyah ada di tangan mereka.
Bahkan di sisi lain, sebagai Ketua PP Muhammadiyah yang juga membidangi Perguruan Tinggi Muhammadiyah-’Aisyiyah (PTMA), Irwan Akib berpesan supaya Pimpinan Daerah Muhammadiyah tidak perlu berpikir untuk mendirikan PTMA.
“Teman-teman di daerah, khususnya di PDM tidak perlu lagi berpikir bikin perguruan tinggi di daerah. Yang perlu dipikirkan bagaimana membesarkan sekolahnya yang ada di daerah itu,” tutur Irwan.
Irwan menjelaskan, sebab untuk mendirikan perguruan tinggi membutuhkan dana yang tidak sedikit. Oleh karena itu, jika PDM memiliki dana yang cukup – akan lebih memberikan manfaat maksimal untuk memajukan sekolah-sekolah Muhammadiyah.
Selain itu, jika berbicara mengenai pengkaderan dan pendidikan masa depan anak-anak, menurutnya masa depan pengkaderan dan pendidikan titik tumpunya ada di tingkat sekolahan – belum di perguruan tinggi.
“Sesungguhnya pendidikan dasar dan menengah itu adanya. Di SD, SMP, SMA ini yang perlu menjadi perhatian kita,” katanya.
Jika dikalkulasikan, menurut Irwan, mengkader sejak pendidikan dasar dan menengah prosentasenya relatif lebih berhasil, sebab masa ini adalah waktu yang tepat untuk penanaman sebagai dasar dan bekal bagi kader yang akan meniti pendidikan di perguruan tinggi.
“Sehingga ke depan kita punya keinginan setiap daerah, setiap kabupaten – kota, setiap PDM ada sekolah unggulannya, apakah dia tingkat SD, SMP, atau SMA. Ini tidak bisa kalau kita tidak serius,” pesan Irwan.