Bandung, Panji Umat – Muhammadiyah didirikan oleh Kiai Ahmad Dahlan pada 1912, mampu bertahan serta terus berkembang karena warganya memiliki semangat keimanan yang aktif dan memadukannya dengan amal salih.
Hal itu disampaikan oleh Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Dadang Kahmad pada (4/7) dalam Gerakan Subuh Mengaji (GSM) ‘Aisyiyah Jawa Barat yang disiarkan secara daring di kanal Media Sosial TvMu Channel.
Semangat keimanan yang memadukan amal salih ini merupakan warisan yang ditinggalkan oleh Kiai Ahmad Dahlan kepada warga Muhammadiyah. Warisan tersebut dapat digunakan untuk merespon perubahan zaman.
Secara lebih spesifik, Dadang Kahmad menyebutkan, merespon masa depan sebagaimana yang disampaikan oleh Kiai Dahlan adalah dengan ilmu. Perubahan tidak boleh disikapi warga Muhammadiyah dengan serba boleh atau serba ditolak.
“Persoalan dunia ini harus dihadapi dengan persoalan keilmuan, itulah Muhammadiyah,” kata Dadang.
Jika diperas, maka bekal Muhammadiyah dalam merespon masa depan maupun merespon perubahan ada dua, yaitu dengan pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan yang keduanya saling integrasi.
Kesadaran ini yang kemudian oleh Muhammadiyah diaktualisasikan dalam berbagai bentuk Amal Usaha (AUM), seperti rumah sakit, sekolah, panti sosial, dan lain sebagainya untuk merespon tantangan yang dihadapi oleh Muhammadiyah