Gresik, Panji Umat – Persyarikatan Muhammadiyah saat ini memiliki 167 Perguruan Tinggi Muhammadiyah-’Aisyiyah (PTMA) tersebar di Indonesia dan satu di Malaysia. Tidak perlu khawatir memilih PTMA, sebab kualitas tidak ditentukan dari jenis perguruan tingginya – negeri atau swasta, melainkan sistem dan keseriusan belajarnya.
Fakta itu disampaikan oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir pada Sabtu (7/9) dalam Amanat di Wisuda ke 45 Universitas Muhammadiyah Gresik (UMG). Haedar berpesan agar orangtua tidak ragu memilih PTMA sebagai tempat melanjutkan pendidikan putra putrinya.
“Bapak ibu yang menitipkan putra putri nya tidak perlu khawatir menitipkan anaknya di Perguruan Tinggi Muhammadiyah ‘Aisyiyah dengan berbagai latar belakang, baik itu organisasi bahkan agamanya. Kami ingin mendidik anak bapak ibu dengan baik dan tidak membeda-bedakan,” katanya.
Tidak perlu khawatir dan alergi dengan nama Muhammadiyah, sebab semua umat Islam adalah Muhammadiyah dalam arti pengikut Nabi Muhammad. Selain itu, Nabi Muhammad juga memberi teladan kehidupan bagi seluruh umat manusia, karena risalah yang diembannya adalah untuk seluruh alam.
Pandangan inklusif Muhammadiyah ini dipraktikkan tidak dibicarakan. Muhammadiyah membangun umat dan bangsa tanpa terkecuali, termasuk bagi umat beragama lain juga diberikan kesempatan sama untuk menempuh pendidikan di Muhammadiyah.
Keuntungan lain yang didapatkan ketika belajar di PTMA adalah jaringan luas yang tidak hanya di Indonesia, tapi juga di luar negeri. Dari jaringan besar itu, mahasiswa Muhammadiyah juga tercatat sebagai yang terbesar di Indonesia.
Sementara itu, Wakil Ketua Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah, Ahmad Januri menyampaikan saat ini perkembangan PTMA mengalami peningkatan performa dari sisi kualitas. Terbukti sudah ada 12 PTMA yang sudah terakreditasi Institusi Unggul, hal itu menunjukkan PTMA sangat mampu bersaing dengan PTN maupun PTS lain.
Sesuai arahan PP Muhammadiyah, Majelis Diktilitbang Muhammadiyah saat ini juga terus mendorong supaya PTMA naik kelas dari sekolah tinggi, institut, sampai menjadi universitas. Langkah itu diambil melalui penggabungan atau merger.
“Sesuai arahan PP Muhammadiyah kami mendorong adanya perubahan menjadi universitas, melalui penggabungan yang tidak hanya antar kampus Muhamm, tapi juga dengan kampus luar,” ungkapnya.
Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah juga menyoroti kebijakan yang memperbolehkan PTNBH untuk ‘mengeruk’ mahasiswa baru. Menurut Prof. Jainuri itu melahirkan kompetisi yang tidak sehat. Selain itu dia juga melihat beberapa PTN kewalahan, sebab kapasitas yang dimiliki tidak bisa mengimbangi banyak mahasiswa baru yang masuk.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur, dr. Sukadiono mendorong PTMA untuk meningkatkan kualitas, sekaligus membuka program studi yang diminati oleh publik banyak – seperti prodi kedokteran di fakultas kesehatan.
Khusus untuk UMG, dr. Suko meminta supaya ditingkatkan akreditasi dari Baik Sekali menjadi Institusi Unggul, sehingga bisa membuka prodi kedokteran atau kedokteran gigi yang banyak diminati oleh publik.