Yogyakarta, Panji Umat – Achmad Jainuri Wakil Ketua Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah menjelaskan bahwa Muhammadiyah terus berkomitmen untuk merangkul semua lapisan masyarakat dalam akses pendidikan.
”Prinsip keterbukaan dan pemahaman menjadi jembatan atas perbedaan dan menjadi dasar atas sikap toleransi Muhammadiyah dalam berdakwah. Hal ini tercermin dari pembangunan universitas yang menerima semua mahasiswa dari berbagai latar belakang, termasuk wilayah yang mayoritas penduduknya beragama non-muslim,” jelas Jainuri pada Selasa (8/10) dalam Kuliah Umum Al Islam dan Kemuhammadiyahan Bagi PTMA.
Jainuri mengungkapkan bahwa mahasiswa yang memiliki keyakinan yang berbeda tidak diwajibkan mengikuti mata kuliah AIK.
“Sebagai tambahan fasilitas, Majelis Diktilitbang berupaya menyediakan dosen yang dapat membimbing mahasiwa non-muslim dalam menempuh pendidikan di PTMA. Prinsip toleransi ini perlu kita gaungkan dan dapat di kelola dalam kelas multi kultural,” tegas Jainuri.
Sementara itu, Bambang Setiadji Ketua Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah juga menekankan bahwa di era digital saat ini, etika moral juga harus diperhatikan agar masyarakat bisa merasakan dampak positif atas dakwah yang telah digaungkan. Dalam konteks ini Ia merasa bahwa kebenaran dan kebohongan sulit dibedakan, sehingga ia mendorong seluruh mahasiswa untuk melakukan penelitian dengan mencari sumber-sumber yang kredibel sehingga dapat dipertanggungjawabkan, termasuk dalam bidang keagamaan.
”Harapannya, karya ilmiah mahasiwa dapat dibagikan kepada seluruh lapisan masyarakat melalui media sosial sebagai bentuk dakwah yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, Muhammadiyah tidak hanya berkontribusi dalam dunia pendidikan saja, tetapi juga dalam membangun masyarakat yang memiliki rasa toleransi dan beretika,” jelas Bambang.
Kuliah umum AIK bagi PTMA ini diikuti oleh mahasiswa baru PTMA dari seluruh Indonesia, dan menghadirkan antusiasme dan ketertarikan khusus dari para peserta. Pada kesempatan sesi tanya jawab, beberapa mahasiswa menyoroti terkait topik AIK sebagai media dakwah, toleransi antaragama, dan topik kepemudaan.
Salah satu momen yang menarik perhatian adalah kehadiran Leonard Madai, atau yang akrab disapa Amoye, mahasiswa baru jurusan Pendidikan di Universitas Pendidikan Muhammadiyah (UNIMUDA) Sorong.
Amoye menjadi viral di media sosial karena videonya yang menyentuh hati, di mana ia menjelaskan motivasinya memilih jurusan Pendidikan. Amoye, yang berasal dari Papua, berkeinginan kuat menjadi guru karena tidak adanya tenaga pendidik (guru) di kampung halamannya. Kehadirannya ini tentunya menjadi inspirasi khususnya bagi masyarakat Papua yang mendambakan Pendidikan merata, berkualitas dan berkelanjutan.