Gresik, Panji Umat – Belajar dari sejarah Kiai Ahmad Dahlan yang mengajarkan Al Ma’un selama tiga bulan ke santrinya, Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Saad Ibrahim menyebut di Muhammadiyah ‘ngaji itu tidak titik’.
Ngaji tidak ada titiknya, kata Kiai Saad, bahwa Al Qur’an tidak sebatas dikaji, tapi setelah mengaji itu harus ada tindak lanjutnya, yaitu mewujudkan kandungan atau tuntutan ayat-ayat Al Qur’an sehingga menjadi aksi nyata.
“Ngaji di Muhammadiyah itu bukan mengaji setelah mengaji selesai. Itu namanya ngaji titik. Di Muhammadiyah selalu ngajinya itu setelah ngaji itu mewujudkan apa yang telah dikaji tadi,” kata Kiai Saad pada Ahad (13/10) di Gresik.
Dalam Kajian Ahad Pagi yang diadakan di SMK Muhammadiyah 2 Gresik, Benjeng itu Kiai Saad mengutarakan kekuatan Muhammadiyah itu terletak pada prinsip bahwa ‘ngaji itu koma’, bukan ‘ngaji itu titik’.
“Kekuatan Muhammadiyah itu terletak pada prinsip ngaji itu ngaji koma, bukan ngaji titik. Bukan ngaji lalu kemudian selesai, tapi setelah ngaji lalu membikin Amal Usaha Muhammadiyah (AUM),” imbuhnya.
Prinsip tersebut, katanya, menjadikan Muhammadiyah konsisten terus bergerak membangun peradaban dengan amal-amal konkritnya, yang merupakan aktualisasi dari Ajaran Agama Islam yang tertuang dalam Al Qur’an dan Sunnah.
Menurutnya, ngaji di Muhammadiyah itu tidak sekadar dipahami, tapi juga harus melakukan tuntutan dari ayat yang dikaji. Prinsip itu yang membedakan antara Muhammadiyah dengan gerakan pemikiran Islam yang lain.
“Beliau (Kiai Ahmad Dahlan) kemudian tidak mau berhenti pada al harakah al fikriyah – gerakan pemikiran. Lalu beliau meneruskan dengan al harakah at tanfidziyah atau al harakah at ta’dibiyah, gerakan-gerakan untuk mewujudkan apa yang dituntut oleh Al Qur’an maupun Al Hadis,” ungkapnya.
Aktualisasi tuntutan dari Al Qur’an tersebut dilakukan oleh Muhammadiyah untuk kepentingan konkrit bagi kehidupan umat, bangsa, dan kemanusiaan universal. Oleh karena itu Muhammadiyah mendirikan AUM di berbagai bidang.
Selain itu, yang menarik dan membedakan Muhammadiyah dengan ormas Islam lain adalah setiap AUM di berbagai bidang tersebut tidak ada yang atas nama pribadi, semua yang ada itu atas nama Persyarikatan Muhammadiyah.